Student Journalism: Pasrah Bukan Berarti Menyerah
Kamis (5/11)di SMP A Wahid Hasyim Tebuireng, ketika membaca buku Dear Olivia karya Osceola Anthony, ada kutipan yang menarik. Tentang kata pasrah bukan berarti menyerah. ’’Hidup tak hanya sekedar apa yang telah digariskan, tetapi juga apa yang kita lakukan,’’ tuturnya.
Peristiwa 10 November telah membuktikan, tak ada kata menyerah dalam setiap perjuangan. ’’Dunia ini akan selalu berputar, tanpa menunggu kita siap atau tidak menghadapinya,’’ jelas Osceola. Maka pasrah pada takdir bukan berarti menyerah pada kehidupan.
Setelah berjuang sekuat tenaga, kita perlu pasrah kepada apa yang telah digariskan. Ini berarti Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk mengubah takdir yang ingin kita ubah.
Bisakah kita membayangkan bagaimana nasib kita, jika para pejuang 10 November selalu memasrahkan diri pada keadaan? Mungkin kita tak akan pernah mengenyam rasa nyaman berkarya dalam kebebasan.
Pepatah kuno mengatakan, usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. ’’Semakin keras usaha kita, semakin Tuhan akan memberikan kenikmatan pada kita,’’ tulis Osceola.
Maka dari itu, tak salah jika kita berusaha berjuang mengikuti mimpi-mimpi kita. Namun sebagai hamba bertakwa, kita perlu memasrahkan diri pada sang Maha Kuasa. Takdir memang telah digariskan, tetapi kehidupan juga memandang usaha yang telah kita lakukan.
(jo/jif/jif/JPR)
Dimuat di