GMB-TALK FESTIVAL LITERASI NASIONAL DAY 2
Pada hari kedua Selasa, 22 Maret 2021, GMB-Talk Festival Literasi Nasional 2021 masih tetap diselenggarakan secara virtual yang akan berfokus dengan sejauh apa literasi dibutuhkan. Pada tema kali ini berfokus pada Upaya Multi Sektor dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Masyarakat Indonesia. Tema tersebut disampaikan oleh empat pembicara yang sangat inspiratif.
Pembicara pertama adalah, Akbar Bagus Wicaksono, Community Manager GMB-Indonesia yang merupakan pemuda pegiat literasi nasional yang telah membantu ratusan ribu siswa dan guru untuk menulis serta menerbitkan buku. Pada materi tersebut Akbar Bagus Wicaksono menyampaikan bahwa pegiat literasi harus menciptakan suatu kondisi dimana aktivitas membaca bukan sekedar sebuah kewajiban, tetapi secara bertahap menjadikan sebagai kebiasaan, budaya, bahkan hobi. Jika literasi baca telah kuat, maka tahap berikutnya, yaitu literasi tulis tidak terlalu berat untuk diwujudkan walau orang yang rajin membaca pun tidak identik dengan pandai menulis, tetapi setidaknya memiliki modal awal yang potensial. Dengan demikian, generasi yang kuat dalam literasi baca dan tulis akan menjelma menjadi pendorong untuk lahirnya generasi yang memiliki kecakapan abad 21.
Pembicara kedua Nury Sybli, inisiator Rumah Baca Akar sekaligus pegiat literasi yang pernah meraih gelar 10 Women of The Year majalah Her World Indonesia Tahun 2019. Di awal materinya Nury Sybli menceritakan perjalanan singkatnya ke pedalaman Baduy pada tahun 2007, yang menjadi awal mula kisah perjuangan dirinya membantu anak-anak Suku Baduy melawan buta aksara. Kala itu, dirinya yang berprofesi sebagai jurnalis tergerak untuk memperkenalkan literasi pada mereka.
“Berbagi ilmu itu tidak akan pernah ada akhirnya karena yang membedakan manusia dan hewan adalah akal, maka segerakanlah untuk mengisi akal kita dengan ilmu. Seperti orang tua bilang, jika memberi benda ada masanya tetapi jika memberi ilmu akan abadi,” tutur Nury Sybli.
Pembicara ketiga adalah seorang penulis muda berbakat yang buku perdananya pernah masuk 10 Besar Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa yaitu Abinaya Ghina Jamela. Walaupun namanya belum terlalu dikenal banyak orang, Abinaya Ghina Jamela memiliki masa depan yang cerah di bidang kesusatraan Indonesia.
Abinaya Ghina Jamela mulai mengenal aktivitas menulis, sejak di ajak diskusi. Naya mulai menulis melalui buku harian yang diberi nama Jurnal Harian Naya. Di buku harian itu Naya menuliskan segalanya dan mulai menikmati aktivitasnya. Lewat jurnal inilah ada perbedaan cara yang Naya gunakan. Naya sepertinya bisa menulis lebih dari sekedar catatan harian.
Pembicara keempat adalah seorang penulis novel nasional yaitu Okky Madasari peraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA). Dalam materi yang disampaikan Okky Madasari salah satunya untuk mengajak dan merangsang para pembaca agar dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan penulis serta untuk mendidik, mencerdaskan dan membimbing bangsa baik intelektual, emosionalnya dan spiritualnya. “Apapun yang saya tulis, saya harus menyelesaikannya, itu sudah menjadi komitmen saya. Bisa menyelesaikan sebuah tulisan bukanlah bakat, menurut saya apapun yang bisa kita tulis harus kita selesaikan, tinggal butuh disiplin, fokus dan konsistensi,” ucap Okky. (Agus)
FLN 2021 secara virtual
Tag:literasi