Berkah Maulid Nabi
Faza Muhammad Adila
Kelas 7F
Namaku Arya. Aku adalah anak pertama Mama dan Papa. Keluargaku termasuk keluarga yang terpandang. Tapi sayangnya, Mama dan Papa terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri, sampai-sampai tidak peduli dengan masalah agama. Tak pernah kulihat mereka berdua beribadah menghadap Allah swt.
Sekarang tanggal 27 september 2020. Aku sering mendengar orang-orang membicarakan tentang “Maulid Nabi” sewaktu lewat di depan pasar. Aku mencoba mencari tahu apa arti dari “Maulid Nabi” itu. “Assalamualaikum Mama. Arya pulang.” Kudorong pintu besar rumahku, lengang. Tak ada yang menjawab kecuali pembantu rumah besarku, yaitu Bi Sumi. “Waalaikumussalam den.” Dengan senyuman, Bi Sumi menjawab. “dimana Mama Bi?” sambil melepas sepatu, aku bertanya kepada Bi Sumi yang sekarang sedang mengepel lantai. Bi Sumi menggeleng, lantas menjawab, “Bibi tidak tahu den. Yang Bibi tahu, tadi pagi Nyonya Yessy pergi terburu-buru.”
Setelah berganti baju, aku segera pergi ke ruang makan. Sewaktu menuruni tangga pualam berwarna cokelat, kupandangi foto Mama dan Papa yang terpajang besar di dinding. Kuamati lamat-lamat, di foto itu mereka tampak tersenyum kepadaku. Walaupun mereka jarang berada di di rumah, tapi aku tahu mereka tetap sayang padaku.
Saat makan, aku teringat sesuatu. “oh ya Bi Sumi. Maulid Nabi itu apa ya?” sambil makan, aku bertanya kepada Bi Sumi. Bi Sumi yang sedang mencuci piring tersenyum dan menjawab, “Maulid Nabi itu adalah hari dimana kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati. Bentar lagi Maulid Nabi loh nanti tanggal 29 september.” Aku hanya mangut-mangut mengerti walaupun sebenarnya aku masih kurang mengerti.
Malamnya, aku masih termenung sendirian di kamar. Aku baru saja membaca buku tentang Islam, bahwa sebuah kekayaan tidak ada apa-apanya dihadapan Allah swt. Percuma saja aku mempunya keluarga yang kaya jika Mama dan Papa tidak mau beribadah kepada Allah Swt. Sepertinya kekayaan orang tuaku ini tidak ada apa-apanya. Dan aku harus menyadarkan orang tuaku supaya beribadah dan bertakwa kepada Allah swt. Malam menjadi semakin larut dan dingin, tak terasa sekarang sudah hamper jam 11 malam, aku harus tidur jika besok tidak ingin terlambat ke sekolah.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad
Entah kenapa, pagi hari ini hatiku terus mengucapkan solawat itu. Aku hanya berharap semoga aku mendapatkan keberkahan dan syafaat dari Nabi Muhammad Saw. Dan disetiap sujudku, selalu kuselipkan doa supaya orang tuaku segera diberi hidayah agar kembali beribadah walaupun disibukkan pekerjaan.
Dan entah kenapa, Mama dan Papa berada di rumah pagi hari ini. Saat kubuka pintu kamar mereka, tampak mereka sedang berdebat, kupandangi lamat-lamat seluruh lantai kamar, banyak berkas-berkas berceceran. Dan sempat aku mendengar bentakan Papa, “Bagaimana bisa berkas penting kontrak kerja itu dicuri hah!” Mama hanya menciut di pojokan sambil sibuk menelepon pihak-pihak yang lain.
Ternyata, usut punya usut, perusahaan kapal container keluarga kami bangkrut karena ditipu pihak tak bertanggung jawab. Seluruh asset keluarga kami disita oleh bank karena modus utang. Keluarga kaya raya kami hancur dalam semalam karena ditipu. Mama mengajukan surat cerai dari pengadilan kepada Papa. Rumah besar kami disita dan terpaksa kami sekeluarga harus pindah pagi itu juga.
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad
Solawat itu terus kuucapkan dalam hati. Berharap ada sebuah keajaiban datang kepada keluarga kami. Dan hari itu juga, Mama dan Papa resmi cerai. “Mama jangan sedih ya, disini ada Arya, insya Allah Arya akan selalu bersama Mama. Oh ya ma, bentar lagi Maulid Nabi loh, kita jangan sedih, kita harus bergembira ma.” Kucoba hibur hati Mama yang sedang sedih. Dan Mama hanya mengangguk lesu sambil tersenyum tipis dan merangkulku. Lalu Mama berkata, “terima kasih ya nak, walaupun Mama jarang memberimu sebuah kasih sayang yang utuh, tapi engkau tetap anak Mama yang sholeh dan berbakti pada orang tua.” Tak terasa, air mata Mama meleleh, kuambil tisu di saku bajuku dan kulap air mata mama sambil berkata, “Jangan menangis ya ma.” Hari berakhir dengan senja yang indah. Jalanan Kota ramai dengan klakson kendaraan yang terjebak macet. Lampu-lampu jalan dan bangunan besar satu persatu hidup. Aku dan Mama berjalan di trotoar tak tentu arah dan tujuan. Azan maghrib berkumandang dengan syahdu, aku dan Mama menyempatkan diri untuk beristirahat di masjid.
Besok adalah hari Maulid Nabi. aku berharap supaya besok aku dan keluargaku mendapat berkah Maulid Nabi.
Kabar mengejutkan selanjutnya datang dari Papa. Kudengar, Papa masuk penjara karena kasus bisnis narkoba yang selama ini dia rahasiakan sendiri terbongkar. Tak satupun keluarga kami tahu bisnis haram Papa ini. Aku menangis di pelukan Mama. Tak kusangka ternyata Papa melakukan bisnis haram ini. Dan tak kusangka Papa masuk penjara.
Bertubi-tubi cobaan dari Allah ditujukan padaku. Kuterima semua cobaan Allah swt jika memang ini semua sudah takdir-Nya. Aku hanya bisa ikhlas dan bersabar sambil berdoa supaya aku diberi takdir yang lebih baik.
Aku dan Mama mencoba membangun rumah ditanah kosong yang kata nya sudah diikhlaskan untuk dibangun apapun. Hari ini adalah hari Maulid Nabi. Aku mengajak Mama untuk beribadah kepada Allah. Dan hari ini juga Mama mendapatkan Hidayah untuk berhijab. Dan Mama juga mencoba bersolawat nabi sama sepertiku.
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad….
Walaupun Allah telah memberiku banyak cobaan, tetapi aku juga mendapatkan berkah Maulid Nabi. Mama sekarang mendapat hidayah yaitu berhijab. Mama juga mendapatkan pekerjaan tetap, yaitu menjadi guru di sekolah islam. Entah bagaimana kabar Papa sekarang. Yang terpenting, Maulid Nabi benar-benar membawa keberkahan bagi aku dan Mama. Terima kasih ya Allah..
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad….
Tag:cerpen islami, karya tulis, maulid
1 Comment
Hebat… Teruslah berkarya, berkreasi, dan berprestasi. Semangat…💪💪💪